Elvi Syahriani br. Barus Mohon Pemerintah Memulangkan Anaknya Rasyah Aldi Riansyah dan 5 Temannya ke Negara Indonesia dari Kamboja

Editor: Tim Redaksi author photo
Bagikan:
Komentar
Elvi Syahriani br Barus.

PENGAWAL | MEDAN - Elvi Syahriani br Barus  warga Kelurahan Sei Sikambing C2, Kecamatan Medan Helvetia dengan raut wajah sedih mendatangi press room koordinator wartawan DPRD Medan, Rabu (14/5/2025). Didampingi suami dan anaknya, wanita 49 tahun itu memohon kepada Pemprov Sumut dan Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Imigrasi Indonesia (BP3MI) Wilayah Sumut agar dapat memulangkan anaknya, Rasya Aldi Riansyah (18) yang sudah hampir 9 bulan berada di Kamboja.

Kepada wartawan, Elvi mengakui awalnya dia tidak mengetahui kalau Rasya sudah berada di Kamboja dan bekerja di salah satu perusahaan scammer.

"Saya baru tahu anak saya itu sudah di Kamboja setelah hampir sembilan bulan. Saya mengetahui saat anak saya Rasya menelepon abangnya meminta pulang ke Indonesia karena menurutnya dia dan beberapa temannya disana sudah tidak diberikan gaji lagi, " terangnya.

Diceritakan Elvi, saat itu dia mendapatkan pesan WhasApp dari anaknya Rasya sekira pukul 23.39 Wib mengatakan "Rasya mau pulang mak, mau mencoba lari melaporkan KBRI, ini taruhannya nyawa. Doa mamak yang terbaiklah mak. Semoga Rasya selamat."

Sambil sedih Elvi mengatakan agar anaknya melapor ke KBRI. Jawab anaknya, "udh gak betul Kamboja ini. Ini tunggu penjemputan polisi Kamboja aja Rasya mak. Lalu mengirimkan foto terbarunya melalui HP untuk disimpan oleh orangtuanya. Lalu mengatakan lagi "Ini HP mau Rasya reset. Masalah polisi hanya di gerbang tidak masuk. Kami keluar kantor ini masih dipikir. Cemana uang gak ada mak. Kalau mau pulang baik-baik harus ada 32  biar dijemput."

"Itulah kata-kata terakhir percakapan kami melalui HP. Selanjutnya tidak dapat lagi dihubungi selama empat hari, bang. Tolonglah saya, tidak tahu lagi mau kemana minta tolong," ujar Elvi sedih.

Menurut Elvi lagi, Selasa, 13 Mei 2025 lalu, melalui Iqbal Perdana (25) anak pertamanya, Rasya saat ini dibawa ke penjara Pnom Penh - Kamboja. 

Kata Iqbal kepada Elvi, sebelum mereka dijemput polisi Pnom Penh mereka harus terlebih dahulu menandatangani surat perjanjian dan cap jempol sebelah kiri dengan tulisan berbahasa Kamboja yang tidak dimengerti oleh memreka, karena mereka ketakutan diduga mereka mengikuti perintah bos kerja mereka untuk menandatangi.

"Pengakuan anak saya Ikbal, bahwa Rasya saat ini masih di tempat penampungan (Penjara) di daerah Pnom Penh bercampur dengan para pekerja dari Sumatera Utara dan pekerja dari negara lain, " jelas Elvi.

Rasya Aldi Riansyah (korban TPPO)

Elvi boru Barus pun mengaku jika pihak yang membawa anaknya Rasya ke Kamboja saat ini tidak diketahui lagi atau menghilang. Dia menyesalkan anaknya yang mudah percaya dan teriming-iming sehingga mau diajak bekerja ke Kamboja. 

"Sebelum bekerja ke Kamboja, Rasya tinggal di tempat abangnya, lalu kemungkinan dia diajak oleh orang lain saat tinggal di rumah bibinya yang beralamat di Klambir Lima perumahan Payung Teduh (Timer) kabupaten Deliserdang-Provinsi Sumatera Utara, " sebutnya sedih.

Sejak mengetahui kondisi putra keduanya itu, sebagai seorang ibu yang melahirkan Rasya, Elvi pun selalu bersedih dan tidak bisa tidur tenang karena kepikiran terus atas nasib yang menimpa anaknya. Apalagi banyaknya informasi di mass media baik televisi dan media sosial bahwa banyak korban perdagangan organ tubuh di Kamboja yang mana korbannya banyak warga Indonesia yang selama ini tertipu lapangan pekerjaan dengan gaji fantastis.

"Setahu saya, saat itu anak saya Rasya diimingi dengan gaji Rp. 14 juta, namun kenyataan dia hanya mendapat gaji Rp.5 juta. Namun kalau tidak mendapat target gaji tidak diberikan. Info yang saya dapat, mereka ada tim dan bekerja sebagai scammer untuk mendapatkan banyak uang dari para korban mereka," akunya sedih.

Lebih lanjut, sambil berlinang air mata, Elvi juga mendapat informasi, pengakuan anaknya mereka bekerja untuk melakukan penipuan (Scammer) dengan mencari korban-korbannya. " Mereka juga harus mendapat target HP mereka tidak boleh dibawa dan disimpan di loker. Jika tidak mereka tidak mendapatkan gaji, "terangnya.

Untuk itu, Elvi memohon kepada pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara dan BP3MI Wilayah Sumut agar dapat berkoordinasi kepada pihak KBRI Indonesia yang ada di Kamboja. "Tolonglah pak, anak saya Rasya dapat dipulangkan ke Kota Medan, Sumatera Utara. Saya tidak ada uang jika harus menebus anak saya dari Kamboja. Saya hanya babu pencuci, saya tidak punya banyak uang. Saya takut ada apa apa sama anak saya disana. Saya takut anak saya mati karena perlakuan tidak baik terhadap anak saya, "ucap Elvi sedih.

Terpisah, Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Wil. Sumatera Utara, Harold saat di konfirmasi wartawan mengatakan akan menindak lanjuti dan menyarankan pihak keluarga Rasya datang ke kantor P3MI untuk memberikan keterangan.

"Boleh datang ke kantor kami saat jam kerja ya bang, ditunggu oleh petugas kami, " tulis Harold melalui WA pribadinya. (sus)

Baca Juga
Bagikan:
Pengawal.id:
Berita Terkini
Komentar

Terkini