Tips Menulis Artikel Agar Dibaca, Tidak Sekadar Dilirik

Editor: susilo author photo
Bagikan:
Komentar

Oleh: Muhammad Gunawan Ilyas, ST

Menulis artikel hendaknya memperhatikan beberapa hal agar tulisan dibaca oleh orang dan tidak sekedar dilirik. Kadang orang hanya melirik judulnya saja namun tidak tertarik untuk membaca isi tulisannya.

Setidaknya ada 8 faktor yang penting diperhatikan antara lain:

1. Judul

Judul tulisan sebaiknya dibikin sedikit kontroversial dan puitis. Bisa agak panjang tetapi lebih bagus pendek, atau boleh juga singkat saja tergantung relevansinya dengan narasi yang ingin disampaikan. Tujuannya ialah untuk mengundang orang agar tertarik membaca tulisan akibat rasa penasaran dari membaca judulnya. Sedangkan nuansa puitis pada judul dimaksudkan untuk memunculkan nilai estetis dan keindahan.

2. Tema

Tema yang diangkat sebaiknya berkaitan dengan persoalan yang aktual di tengah masyarakat dan menjadi perbincangan khalayak sebagai opini umum.

3. Gaya Tulisan

Gaya tulisan lebih menunjukkan ciri atau style seseorang dalam menulis. Dari gaya tulisan kadang kita bisa mengenali penulisnya, sebab seseorang punya ciri atau gaya tersendiri dalam merangkai kata. Ada yang bergaya intelektual-ilmiah, ada yang berbau sastra, ada yang bergaya bahasa hukum dan cenderung monoton, ada juga yang ilmiah, puitis, di selingi humor-humor segar. Apapun gaya tulisan (karena itu adalah ciri masing-masing orang), yang penting mampu memberikan pemahaman dan pencerahan bagi pembaca. 

4. Tata Bahasa

Tata bahasa menunjukkan tingkat intelektualitas seseorang. Ada sebagian orang yang kalimatnya tertata dengan baik sesuai kaedah, rasional dan ilmiah. Namun ada juga yang kurang tertata dan terkadang boros kalimat dsb. Mereka tentu saja tidak sama latar belakang keilmuan, intelektualitas dan pengalaman menulis. Akan tetapi semua itu bisa diasah dengan meningkatkan jam terbang serta memperbanyak membaca untuk meluaskan wawasan pengetahuan.

5. Tanda Baca

Tanda baca seperti titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kutip ("), garis miring (/) dst... penting untuk tidak lupa dibubuhkan agar tidak membingungkan. Ketiadaan koma (,) misalnya.. bisa merusak makna kalimat. Demikian juga tanpa membubuhkan tanda baca yang lain yang semua itu amat diperlukan untuk dapat memahami kalimat secara utuh.

6. Spasi dan Alinea

Spasi dan alinea juga tidak kalah penting, bahkan kenyamanan membaca amat dipengaruhi oleh kedua faktor ini. Kalimat yang tanpa spasi terasa mengganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan. Sementara rangkaian kalimat yang di tumpuk-tumpuk berlapis ke bawah tanpa di berikan jarak (alinea baru), semakin menambah ketidaknyaman itu dan bahkan menimbulkan kebosanan bagi pembaca. Alinea baru itu penting supaya tulisan menjadi enak dibaca dan terpenuhi nilai estetikanya.

7. Penyingkatan Kata

Terlalu sering menyingkat kata sangat menganggu apalagi terkadang kelewat ekstrim dalam mengamputasi. Misalnya: kata "memperhatikan" diamputasi menjadi "mprhtkn" dan lain sebagainya. Upayakan jangan membiasakan budaya amputasi atau menyingkat-nyingkat kata. Sempurnakanlah kalimat agar tidak membikin bingung.

8. Solutif

Dari semua point di atas, point ke 8 ini yang paling penting dan wajib dimiliki para penulis. Selengkap apapun kita mengungkap persoalan tanpa adanya pemecahan masalah, tulisan menjadi ngambang tak berpijak. Penulis harus memiliki jawaban atas sederet persoalan dengan pemecahan yang memuaskan. Untuk itu penulis mesti membedah masalah, tidak sekedar mengungkap fakta. Problematika yang ada mesti diurai dengan pisau analisis yang tajam. Di sinilah pentingnya kekuatan pemikiran serta kedalaman penginderaan. 

Ada sebuah analogi menarik tentang filosofi ikan. Secara garis besar, ikan dibagi menjadi 3 bagian; kepala, badan, ekor. Bagian kepala kita ibaratkan sebagai sebuah fakta, bagian badan merupakan akar masalah, sedangkan ekornya adalah solusi.

Dalam mengurai persoalan, kita memulai dari bagian kepala ikan tadi (yang kita ibaratkan sebagai fakta terindera). Kepala merupakan bagian yang lebih kecil dibanding bagian tengah (badan ikan), maka fakta cukup kita sajikan seperlunya, karena hampir semua orang sepakat adanya kerusakan secara masif di hampir semua lini dan hal ini terindera dengan nyata di depan mata. 

Bagian kedua (bagian tengah/badan ikan) justru bagian paling besar dibanding kedua bagian lain (kepala dan ekor). Bagian tengah ini kita ibaratkan sebagai akar masalah. Pada bagian ini penjelasan diurai panjang lebar. Sebab, masifnya sejumlah fakta kerusakan bersumber dari akar masalah yang menjadi pemicu. 

Lalu bagian ketiga adalah ekor. Bagian ini kita ibaratkan sebagai solusi. Sebagaimana kepala, ekor juga bagian lebih kecil dari badan, maka porsinya juga tidak perlu terlalu melebar, tetapi mendasar sehingga mampu menuntaskan persoalan.

Solusi yang dimaksud bukanlah solusi parsial, melainkan solusi fundamental. Sebab, akumulasi problematika yang menjerat kondisi faktual bukanlah problematika cabang, akan tetapi problematika pokok yang mengharuskan penuntasannya diawali dari kebangkitan berpikir. Kebangkitan berpikir inilah yang akan melahirkan perubahan mendasar. Maka point terakhir yang menjadi kunci penting terpecahkannya kompleksitas akumulasi problematik multi dimensi bangsa ini terletak pada kemampuan kita menghadirkan seperangkat jawaban yang argumentatif ideologis yang menghantarkan pada pemecahan masalah yang solutif.

Demikianlah beberapa point penting yang patut diperhatikan untuk menjadi pertimbangan dalam penulisan, sehingga artikel yang menjadi santapan pembaca, meski awalnya hanya sekedar dilirik, karena bikin penasaran, akhirnya (meminjam motto salah satu majalah ibu kota) menjadi "Enak Dibaca dan Perlu" Semoga bermanfaat.

Baca Juga
Bagikan:
Pengawal.id:
Berita Terkini
Komentar

Terkini