PENGAWAL.ID | BELAWAN - Pasca terbakarnya 2 unit crane ruber tyred gantry (RTG) yang terjadi pada 2 Agustus 2025 lalu, hingga beberapa crane lainnya bermasalah membuat pengguna jasa pelabuhan mengeluh atas kinerja Belawan New Countainer Terminal (BNCT) termasuk para supir di Jalan Pelabuhan Raya Belawan.
Bahkan akibat kurangnya tindakan dari pihak manajemen perusahaan untuk mengambil sikap atas insiden yang terjadi, menyebabkan antrian panjang truk pengangkut container menuju Pelabuhan Internasional, pada Kamis, (07/08/2025).
"Kami ini para supir merasa kecewa lambatnya kinerja pihak BNCT, kalau terjadi kebakaran pada crane harusnya mereka punya cadangan agar kerjaan kami tidak terbengkalai dan kami bisa membawa yang lainnya," keluh salah seorang supir yang namanya tidak ingin di publikasikan.
"Namanya aja Pelabuhan Internasional tapi kenyataannya tidak sesuai harapan, harusnya mereka melakukan perawatan biar tidak terjadi kebakaran dan mereka punya alat cadangan agar dalam operasionalnya tidak terjadi permasalahan serta pelayanan ditingkatkan agar tidak terjadi antrian panjang yang menjadi kendala buat kalangan supir," lanjutnya.
Diketahui, BNCT sebagai salah satu Pelabuhan Internasional sarat dengan permasalahan dan pengguna jasa selalu menjadi korbannya di antaranya sistem keamanan, pelayanan hingga peralatannya, hal ini bukan rahasia umum di kalangan pengguna jasa tetapi hingga kini pihak terkait belum menunjukkan perubahan.
Corporate Secretary BNCT, Rizki Affandi ketika di konfirmasi awak media melalui WhatsApp pribadinya terkait faktor penyebab terbakarnya 2 unit crane RTG, biaya perawatan dan nilai kerugian, mengatakan bahwa yang mengalami kendala hanya satu unit RTG, bukan dua. Dan yang terdampak pun bukan keseluruhan unit, melainkan kompartemen mesin (engine compartment).
"Perlu kami luruskan, saat ini, penanganan teknis sudah dilakukan dan penggantian engine memang telah direncanakan sebelumnya dalam program perawatan berkala," terang Rizki.
Namun, kata Rizki menambahkan dikarenakan adanya penyesuaian jadwal pengiriman dari produsen akibat dinamika perdagangan global (trade war), penggantian engine yang semula dijadwalkan pada Juli mengalami penundaan hingga akhir Agustus. Dengan kata lain, ini merupakan bagian dari siklus pemeliharaan yang sudah dipetakan sebelumnya, bukan disebabkan oleh kelalaian atau tidak adanya anggaran perawatan.
"Terkait nilai kerugian, masih dalam proses evaluasi teknis internal, mengingat komponen yang terdampak memang sudah dijadwalkan untuk diganti. Yang terpenting, operasional terminal tetap berjalan normal dan tidak ada gangguan pelayanan kepada pengguna jasa," ujar Rizki.
"Kami tetap berkomitmen menjaga keandalan alat, keselamatan kerja, dan kualitas pelayanan. Kami juga menghargai peran rekan-rekan media sebagai mitra dalam menyampaikan informasi yang berimbang, akurat, dan mendukung iklim pemberitaan yang konstruktif", tutupnya. (tim/red)