PENGAWAL.ID | MEDAN - Di tengah arus modernisasi dan menurunnya minat anak-anak terhadap kegiatan keagamaan, sosok Samsiarni (53) atau akrab disapa Bu Sam, tetap teguh menjalankan pengabdian mulianya. Selama dua dekade lebih, ia mengabdikan diri menjadi guru ngaji di Jalan Suasana Selatan, Lingkungan X, Gang Budi Daya, Kelurahan Mabar Hilir, Kecamatan Medan, Kota Medan.
Perjalanan Bu Sam bermula dari niat tulus meneruskan pesan almarhum guru ngajinya, Haji Tumin, untuk terus menyebarkan ilmu Al-Qur’an kepada anak-anak di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Sejak saat itu, tanpa pamrih, ia mengajar setiap sore dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
“Huruf demi huruf saya ajarkan agar mereka paham. Terkadang butuh waktu lama hingga anak benar-benar bisa membaca dengan baik. Tapi semua itu saya jalani dengan ikhlas dan harus disyukuri,” tutur Bu Sam saat ditemui, Jumat (17/10/2025).
Yang menarik, di tengah pengabdiannya yang panjang, Bu Sam tidak pernah menuntut bayaran besar. Ia hanya memungut Rp 2.000 per anak setiap kali pertemuan, sekadar untuk membeli perlengkapan mengaji sederhana.
“Dulu murid saya sampai 40 orang, tapi sekarang sudah berkurang. Banyak yang pindah atau sibuk dengan sekolah dan kegiatan,” ujarnya lirih namun tetap tersenyum.
Meski begitu, semangat Bu Sam tidak pernah surut. Setiap sore, ia masih membuka pintu rumah sederhananya bagi siapa pun yang ingin belajar mengaji. Bagi warga sekitar, kehadiran Bu Sam menjadi inspirasi tentang ketulusan dan kesederhanaan dalam menebar ilmu agama.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, pengabdian Bu Sam menjadi cermin nyata bahwa ketulusan dalam mendidik bukan soal imbalan, melainkan tentang warisan nilai dan cahaya ilmu yang tak ternilai harganya.(chan)