Ulama Penyebar Islam di Natal (2), Syekh Abdul Fattah dan Syekh Abdul Malik

Editor: Tim Redaksi author photo
Bagikan:
Komentar
Tim Napak tilas foto bersama para ahli waris di depan gerbang Kompleks Makam Syekh Abdul Fattah.

Catatan sejarah menyebutkan, agama islam berkembang di Natal pada abad ke-8, setelah berdiri kerajaan Rana Rata. Salah satu rajanya adalah Rajo Putieh yang disebut-sebut merupakan orang Persia. Namun tidak banyak referensi tentang kerajaan Rana Rata maupun Rajo Putieh serta para ulama penyebar islam sejak abad ke-8 tersebut. 

Baru pada abad ke-18, Natal memiliki ulama masyhur yang menjadi peletak dasar perkembangan Islam, sampai ke Mandailing. Beliau adalah Syekh Abdul Fattah. Bahkan tidak sedikit yang memuliakan beliau dengan penyebutan sebagai Wali Allah. 

Salah satu pondasi ajaran beliau adalah metode baca Al Qur'an yang masyhur hingga saat ini. Metode ini banyak diajarkan di Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA) di Sumatera Utara, sebelum ditemukan metode Iqra'. 

Syekh Abdul Fatah bermarga Mardia dan hidup dari tahun 1765 sampai 1855. Beliau adalah ulama besar yang turut mengembangkan Islam di Natal. Ketika masih belia, Syekh Abdul Fatah tinggal di rumah Tuan Syekh Zainal Abidin memperdalam ajaran Islam dan tasawuf. 

Syekh Zainal Abidin sendiri adalah ulama di Barumun yang kemudian turut mengembangkan ajaran Islam di Mandailing atas permohonan Sutan Kumala Yang Dipertuan Hutasiantar di Panyabungan. 

Syekh Abdul Fatah selanjutnya mengembangkan Islam bukan saja di Mandailing, tetapi juga di Pantai Barat, khususnya Natal. 

Ulama ini memilih tempat membangun kediamannya di kawasan perbukitan kira-kira 2 kilometer dari jalan raya Natal di titik Kampung Sawah saat ini. 

Banyak yang berpendapat bahwa Syekh Abdul Fatah lah yang mengajarkan cara belajar membaca huruf Al Qur’an dengan gaya berlagu. Gaya itu hingga kini masih terkenal di wilayah Mandailing Natal, bahkan Medan. 

Yakni, alif date a, alif bawa i, alif dopen u: a-i-u. ba date ba, bab bawa bi, ba dopen bu: ba-bi-bu. Ta date ta, ta bawa ti, ta dopen tu: ta-ti-tu. Ban dua date ban, ba dua bawa bin, ban dua dopen bun: ban-bin-bun. Tan dua date tan, ta dua bawa tin, tan dua dopen tun: tan –tin-tun. 

[CUT]


Syekh Abdul Malik 

Syekh Abdul Malik (1825-1910) berasal dari Muara Mais, terkenal sebagai Baleo Natal. Dia puluhan tahun mengembangakan ajaran Islam di Natal. Dia adalah murid Syekh Abdul Fattah. 

Meski sempat hijrah ke Huatasiantar (Panyabungan) di usia mudanya, namun sebagian besar hidupnya berada di Natal hingga wafat dan dikebumikan di Pemakaman Bukit Kayu Aro di bagian timur Natal. 

Pada usia muda hijjarh ke Hutasiantar untuk memenuhi permintaan Yang Dipertuan Hutasiantar agar mengajar di sana. Muridnya datang dari berbagai penjuru di sekitar Hutasiantar dan Panyabungan. Beliau mengajar sampai Padangsidimpuan, Sipirok, Padang Lawas dan Daludalu. 

Ulama besar ini menikah di Hutasiantar, melahirkan seorang putera bernama Abdul Syukur. 

Syekh Abdul Malik naik haji tiga kali untuk sekaligus menambah ilmunya. Sebagian besar usianya dihabiskan mengajar di Natal sampai wafatnya dalam usia 75 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Bukit Kayu Aro di bagian timur Natal. 

Ilmu yang diajarkannya di Natal meliputi antara lain tafsir dan tasawuf. Buku-buku terkenal yang dipakainya antara lain: Tafsir Al Ghazali. Syawi, Jalalain dan Ihya Ulumuddin karya filosof Al Ghazali. 

Buku-buku berbahasa Melayu antara lain: Sabilul Muhtadin, Mathla’ul Badrain dan Syrus Salikin. 

Seperti apa kharisma dua ulama masyhur itu di mata keturunan dan warga Natal. Bagaimana warisan yang ditinggalkan kedua ulama itu di Natal. Ikuti telusuran tim Napak Tilas Penyebar Islam di Natal bersama redaksi Pengawal.id dalam tulisan berikutnya. (bersambung)

Baca Juga
Bagikan:
Pengawal.id:
Berita Terkini
Komentar

Terkini