PENGAWAL.ID | MEDAN - Warga Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Sumatera Utara, menganggap Kepala Lingkungan (Kepling) 17 berinisial TF (44) sebagai petaka bagi mereka. Sosok ujung tombak Pemko Medan tersebut menjadi pusat amarah ribuan warga di Lingkungan 16, 17, dan 20 setelah diduga terlibat dalam jaringan mafia tanah.
Selama puluhan tahun masyarakat di kawasan lingkungan 16,17 dan 20 hidup rukun dan tenteram. Namun ketenangan itu berubah drastis sejak TF menjabat Kepling. Ia dituding bersekongkol dengan disebut-sebut jaringan mafia tanah yang berperan dalam rencana eksekusi lahan seluas 17 hektar yang ditempati warga.
Puncak kemarahan terjadi pada Jumat (20/6/2025), ketika ratusan warga melakukan aksi damai di depan Pengadilan Negeri Medan. Usai aksi tersebut, massa yang semakin geram langsung bergerak ke kediaman TF. Teriakan penuh emosi terdengar memecah suasana.
"Keluar kau Kepling! Kau ajak kami tamasya, ternyata tanah kami kau jual ke mafia tanah. Keji kali sifatmu, Fedy!" teriak seorang ibu berjilbab hitam dalam kerumunan massa.
Tak hanya TF, dua kepling lainnya yakni AR (Kepling 16) dan SA (Kepling 20) turut menjadi sasaran amarah warga. Ketiganya disebut-sebut berperan dalam mendukung aksi mafia tanah yang akan mengeksekusi lahan warga.
Informasi yang diterima, TF nyaris diamuk warga setelah terendus dirinya diduga mengkoordinir puluhan warga bersama bernama Herman, Raja Laot, dan Ati. Nama-nama itu disebut sebagai bagian dari jaringan mafia tanah di Sumatera Utara. Ketiganya ikut menyeret nama TF dalam skema pengambilalihan tanah milik warga.
Situasi kian memanas menjelang rencana eksekusi lahan seluas 17 hektar oleh PN Medan yang dijadwalkan berlangsung pada Senin (23/6/2025). Meski begitu, muncul secercah harapan setelah beredar surat dari Polres Pelabuhan Belawan tertanggal 13 Juni 2025 yang menyatakan bahwa proses eksekusi akan dibatalkan.
"Apa Fedy bukan lahir disini. Apa Dia itu tak punya anak, keluarga, serta saudara sehingga sikapnya seperti setan. Menjual hak ribuan orang, yang tentunya anak mereka menjadi korban keserakahan si Kepling terlaknat itu," kata Agus kepada wartawan.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, ketiga Kepling yang disebut-sebut terlibat dalam kasus ini dikabarkan menghilang dan belum memberikan pernyataan resmi.
Masyarakat berharap aparat penegak hukum segera turun tangan untuk menyelidiki dugaan keterlibatan oknum pemerintah lingkungan dalam praktik mafia tanah yang meresahkan warga.(chan)